Ada tiga hal yang melatar belakangi kenapa Gore mengusung isu keluarga. Pertama, tingginya perceraian di Amerika. Kedua, membengkaknya jumlah anak-anak broken home. Ketiga, melonjaknya angka (kasus) perselingkuhan di masyarakat.
Tentu saja yang dikhawatirkan Gore tidak saja terjadi di Amerika, tetapi juga terjadi di Indonesia. Keluarga Indonesia sesungguhnya sedang berada pada titik nadir yang mengkhawatirkan. Beberapa alasan dapat dikemukakan. Pertama, ada kecenderungan terjadinya peningkatan angka perceraian. Menariknya, penyebab perceraian itu bukan semata-mata masalah ekonomi, perselingkuhan atau KDRT, tetapi lebih disebabkan oleh hal-hal yang bersifat psikologis, seperti kebosanan dan kejenuhan. Kedua, mencuatnya kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga, baik yang dialami oleh istri ataupun anak-anak. Ketiga, jumlah anak-anak yang mengalami broken home terus meningkat. Keempat, perilaku menyimpang yang dipertontonkan sebagian anak-anak. Ini membuktikan keluarga tidak lagi berperan sebagai "sekolah pertama" yang mendidik keluruhan moral anak-anak. (Azhari, AT.:2008)
Bulan Ramadhan sesungguhnya dapat dijadikan momentum, untuk menjadikan keluarga sebagai pelabuhan terakhir yang menyenangkan dan membahagiakan. Meskipun sering tidak disadari, Ramadhan telah berjasa mengembalikan perhatian setiap orang terhadap keluarganya. Sungguh Ramadhan menyadarkan kita bahwa sebenarnya kita memiliki sesuatu yang sangat berharga dalam hidup. Itulah keluarga.
Jujur harus diakui, saat-saat yang paling indah dalam kehidupan keluarga adalah ketika kita melakukan aktivitas secara bersama-sama. Makan bersama, shalat berjama'ah, santai sambil nonton TV bersama, rekreasi bersama, dan sebagainya, adalah momen-momen yang paling indah dan mengesankan bagi setiap keluarga. Dalam momen-momen tersebut rasa kasih sayang, kebersamaan, perhatian, kepedulian, penghormatan dan penghargaan terbangun dengan sangat mengesankan.
Selama bulan Ramadhan kita menemukan kembali momen-momen penting ini. Waktu berbuka adalah saat-saat yang paling indah bersama keluarga. Demikian juga pada waktu shalat berjama'ah. Andaipun kita tidak sepenuhnya mendapatkan momen berbuka bersama, paling tidak pada waktu makan sahur dan shalat Shubuh berjama'ah, masih dapat kita lakukan. Tentu saja, kesempatan berkumpul adalah kesempatan yang paling baik untuk mengetahui kondisi masing-masing anggota keluarga. Makan bersama, dapat dijadikan media untuk berbagi informasi berkeaan dengan aktivitas di luat ataupun rencana-rencana kehidupan pada masa datang. Terjadilah sharing information, diskusi, perdebatan, dan saling memberi masukan. Pada akhirnya, ikatan kekeluargaan yang selama ini terasa longgar kembali terjalin dengan baik.
No comments:
Post a Comment