Monday, January 17, 2011

Gawat: Rumah Mewah Laksana Kuburan

Rumah yang sempit, gelap, dan pengap hampir sama dengan kuburan: tempat bangkai manusia ditimbun. Berarti, manusia yang tinggal di dalam rumah itu adalah mayat-mayat, bangkai-bangkai, atau, paling tidak, sama "derajatnya" dengan mayat dan bangkai. Manusia-manusia yang tidak berjiwa. Manusia-manusia yang kaku dan tanpa gerak sebagai tanda-tanda tidak adanya kehidupan.

Betapa banyak kita mendapati rumah-rumah megah dan mewah, tetapi bagi si penghuni terasa sempit dan pengap. Celakanya, bukan cuma rumahnya yang terasa sempit, melainkan juga dunia dirasa kecil. Mereka hidup dalam ketakutan dan selalu merasa tidak nyaman berada di rumah. Tidak ada ruangan yang tidak ber-AC, tetapi semua sudut tetap terasa panas. Dan, tidak ada ruangan yang tidak berlampu, tetapi tetap saja terasa gelap. Tidak ada kesejukan, kedamaian, dan kenyamanan di dalamnya.
Apa yang menyebabkan rumah jadi seperti kuburan? Sebenarnya, bukan rumahnya yang seperti kuburan, melainkan suasana batin atau suasana hati yang membuat segalanya jadi tidak menyenangkan. Seorang teman pernah iseng-iseng bertanya kepada seorang pembantu sebuah rumah di kawasan elite Jakarta, "Mbok, tuan ke mana?"

"Wah, tuan saya mah 'ndak betah di rumah. Pulangnya sebulan sekali!"
"Lho, jadi rumah ini siapa yang nempatin?"
"Saya sama suami," jawab si Mbok dengan wajah berbinar.
"Asyik dong kalo gitu?"
"Ya asyiklah, Mas...wong tiap hari bulan madu kok...," jawabnya jujur.

Ternyata, si Tuan yang pulang sebulan sekali itu juga tidak bisa berlama-lama tinggal di rumahnya yang mewah itu. Paling satu atau dua hari. Selain itu, dia pergi lagi. Si pembantu menceritakan, Tuannya selalu kelihatan tegang, tidak rileks, tidak bahagia, dan selalu tampak ketakutan. Bagi si tuan, rumahnya yang besar dan mewah itu laksana kuburan. Sempit dan menakutkan. Si Mbok tidak tahu---dan dia memang tidak mau tahu---apa yang membuat tuannya begitu.

Betapa mewah dam luasnya rumah yang kita miliki, tetapi kalau hati kita sempit, semuanya tampak sempit dan tidak menyenangkan. Hati yang sempit membuat dunia, sekali lagi, terasa sangat kecil dan sumpek. Bandingkan dengan si Mbak. Kendati tidak memiliki rumah mewah itu, dia bisa menikmatinya (bahkan bisa honeymoon setiap hari, hehehehe....). Si Mbok adalah orang yang merdeka. Hatinya luas, lebih luas daripada dunia ini. Dia memang pembantu, tetapi dia lebih bebas daripada Tuan yang mengupahnya. Oleh karena itu, dia bisa enjoy dengan suaminya meskipun menumpang di rumah yang seharusnya menjadi surga bagi Tuannya.


Artikel Terkait:

No comments:

bisnis paling gratis

Top Comments